Selasa, 30 November 2010

Lingkaran Adven: Lambang dan Maknanya



http://yesaya.indocell.net/1x1.gif
http://yesaya.indocell.net/1x1.gif
Pada Masa Adven, banyak keluarga memasang
Lingkaran Adven di rumah mereka.
Selain hiasan-hiasannya yang tampak semarak serta
membangkitkan semangat, ada banyak sekali lambang
yang terkandung di dalamnya, yang belum
diketahui banyak orang.

Pertama, karangan tersebut selalu berbentuk lingkaran.
Karena lingkaran tidak mempunyai awal dan tidak
mempunyai akhir, maka lingkaran melambangkan
Tuhan yang abadi, tanpa awal dan akhir.

Lingkaran Adven selalu dibuat dari daun-daun evergreen.
Dahan-dahan evergreen, sama seperti namanya
'ever green' - senantiasa hijau, senantiasa hidup.
Evergreen melambangkan Kristus, Yang mati
namun
hidup kembali untuk selamanya.
Evergreen juga melambangkan keabadian jiwa kita.
Kristus datang ke dunia untuk memberikan
kehidupan yang tanpa akhir bagi kita.

Tampak tersembul di antara daun-daun evergreen
yang hijau adalah buah-buah beri merah.

Buah-buah itu serupa tetesan-tetesan darah,
lambang darah yang dicurahkan oleh
Kristus demi umat manusia.

Buah-buah itu mengingatkan kita bahwa Kristus datang
ke dunia untuk wafat bagi kita dan
dengan demikian
menebus kita.
Oleh karena Darah-Nya yang tercurah itu,
kita beroleh hidup yang kekal.

Empat batang lilin diletakkan sekeliling Lingkaran Adven,
tiga lilin berwarna ungu dan yang lain
berwarna merah muda.

Lilin-lilin itu melambangkan keempat minggu dalam
Masa Adven, yaitu masa persiapan kita menyambut Natal.
Setiap hari, dalam bacaan Liturgi Perjanjian Lama
dikisahkan tentang penantian bangsa Yahudi akan
datangnya Sang Mesias, sementara dalam
Perjanjian Baru mulai diperkenalkan tokoh-tokoh
yang
berperan dalam Kisah Natal.
Pada awal Masa Adven, sebatang lilin dinyalakan,
kemudian setiap minggu berikutnya
lilin lain mulai dinyalakan.

Seiring dengan bertambah terangnya Lingkaran Adven
setiap minggu dengan bertambah banyaknya lilin yang
dinyalakan, kita pun diingatkan bahwa kelahiran
Sang Terang Dunia semakin dekat.
Semoga jiwa kita juga semakin menyala
dalam kasih kepada Bayi Yesus.

Warna-warni keempat lilin juga memiliki makna tersendiri.
Lilin ungu sebagai lambang pertobatan.
Warna ungu mengingatkan kita bahwa Adven adalah
masa di mana kita mempersiapkan jiwa kita untuk
menerima Kristus pada Hari Natal.
Lilin merah muda dinyalakan pada Hari Minggu Adven III
yang disebut Minggu 'Gaudete'.
'Gaudete' adalah bahasa Latin yang berarti 'sukacita',
melambangkan adanya sukacita di tengah masa
pertobatan karena sukacita Natal hampir tiba.
Warna merah muda dibuat dengan
mencampurkan
warna ungu dengan putih.
Artinya, seolah-olah sukacita yang kita alami pada
Hari Natal (yang dilambangkan dengan warna putih)
sudah tidak tertahankan lagi dalam masa pertobatan ini
(ungu) dan sedikit meledak dalam Masa Adven.
Pada Hari Natal, keempat lilin tersebut digantikan
dengan lilin-lilin putih - masa persiapan kita telah usai
dan kita masuk dalam sukacita yang besar.

Pada kaki setiap lilin, atau pada kaki Lingkaran Adven,
ditempatkan sebuah mangkuk berwarna biru.
Warna biru mengingatkan kita pada Bunda Maria,
Bunda Allah, yang mengandung-Nya di dalam rahimnya
serta melahirkan-Nya ke dunia pada hari Natal.

Lingkaran Adven diletakkan di tempat
yang menyolok di gereja.

Para keluarga memasang Lingkaran Adven
yang lebih
kecil di rumah mereka.
Lingkaran Adven kecil ini mengingatkan mereka akan
Lingkaran Adven di Gereja dan dengan demikian
mengingatkan hubungan antara
mereka dengan Gereja.

Lilin dinyalakan pada saat makan bersama.
Berdoa bersama sekeliling meja makan mengingatkan
mereka akan meja perjamuan Tuhan di mana mereka
berkumpul bersama setiap minggu untuk merayakan
perjamuan Ekaristi - santapan dari Tuhan bagi jiwa kita.

Jadi, nanti jika kalian melihat atau memasang
Lingkaran Adven, jangan menganggapnya
sebagai
hiasan yang indah saja.
Ingatlah akan semua makna yang dilambangkannya,
karena Lingkaran Adven hendak mengingatkan kita
akan perlunya persiapan jiwa sehingga kita dapat
sepenuhnya ambil bagian dalam sukacita besar
Kelahiran Kristus, Putera Allah, yang telah
memberikan Diri-Nya bagi kita agar kita
beroleh hidup yang kekal.
http://yesaya.indocell.net/1x1.gif

sumber : "The Symbolism of the Advent Wreath"
by Father Peffley; Father Peffley's Web Site;
www.transporter.com/fatherpeffley
http://yesaya.indocell.net/1x1.gif
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas
dengan mencantumkan“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Francis J. Peffley

Jumat, 19 November 2010

MENJADI SAKSI KRISTUS YANG NYATA

Sekedar mengingat kembali apa yg telah ditulis oleh Ketua Dewan Stasi St Petrus Rasul, bisa kita jadi refleksi baru untuk menuju ke Paroki Baru di Timur Jakarta.

Yesus  sdr/i dalam menjalani hidup tidak dangkal, dipermukaan saja ataunyaman-nyaman saja melainkan berani masuk ke "dalam" lagi; demikian refleksi yang disampaikan Rm. Hardi Jantan Darmawan, Pr pada Rekoleksi Katekis Paroki St. Arnoldus Janssen di Hotel Sitameang, Bogor 8-9 Agustus 2009 di sesion pertama.
Lectio Divina (bacaan ilahi) suatu metode yang digunakan dalam rekoleksi tsb. dengan tema "Menjadi saksi Kristus yang nyata" dimana Romo mengambil dari Injil LUKAS 5:1-11, bersama Lukas berziarah dalam hidup /menggali semangat katekis. Lukas menulis Injil untuk orang kecil. Ia menyampaikan kabar gembira bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok saja tetapi untuk kepentingan semua orang yang mendambakan kebahagiaan sejati ( Menjadi saksi Kristus yang nyata ) termasuk bagi para katekis. 

Maka kini bersama Lukas kita mau berziarah sambil menerangi apa yang telah kita lakukan. Lebih jauh Rm mengutip dari Lukas 9:57-62 Yesus menuntut penyerahan diri kita secara total atau beriman radikal. Ada 3 yang dicontohkan Lukas terhadap tuntutan dari Allah tersebut yakni :
  1.  "Seseorang" (tua-muda, kaya-miskin dst ) mengucapkan sangat indah, tegas, sedia & sempurna : Aku akan mengikut Engkau kemana saja Engkau pergi. Jadi jelas janji mengikut Yesus hanya berarti kalau orang keluar dari liangnya, berani keluar dari sarangnya yang memberi rasa aman.
  2.  "Seorang lain "(tak bernama, tak berumur tak berasal) menjawab dengan minta yang sah, benar dan berperasaan; agar dapat menguburkan ayahnya dulu. Jadi orang ini masih terikat dengan tradisi leluhur, belum tahu prioritas Kerajaan Allah dan mewujudkan tuntutan Injil.
  3.  "Seorang lain lagi" (seorang dari kita) bersikap segera : Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanla h aku pamitan dahulu dengan keluargaku. Jadi orang ini terikat pada masa lampaunya, pada sahabat-sahabtnya, sejarah danpengetahuan.
Proses pemuridan (termasuk menjadi katekis sejati) bukan karena pilihan kita tetapi Tuhan Yesus yang memilih, kita menanggapi panggilan itu.

Bagaimana dengan saya ?

(Dikutip tulisan antonwb@gmail.com  
dari Milis Stasi St. Petrus Rasul Tambun Wed Oct 20, 2010 9:34 pm)

Sekilas pandang Stasi Tambun untuk menjadi sebuah Paroki

Stasi St. Petrus Rasul Tambun-Cibitung adalah salah satu Stasi yang dipersiapkan oleh Paroki St. Arnoldus Bekasi, KAJ yang terletak di daerah Tambun dan Cibitung, Kabupaten Bekasi. Umat Stasi St. Petrus Rasul Tambun-Cibitung saat ini berjumlah sekitar 6.000 jiwa yang diorganisir melalui 14 Wilayah. Kondisi sosial-ekonomi umat tergolong menengah-bawah yang mempunyai moto BP7 (berangkat pagi-pagi pulang-petang-penghasilan-pas-pasan).Untuk keperluan ibadat, umat pergi ke Gereja St. Arnoldus di Bekasi yang berjarak antara 6-10 KM dengan ongkos Rp 40-60 ribu per keluarga. Jumlah ini terasa berat untuk mayoritas umat. 

Untuk meringankan beban ini, dengan persetujuan KAJ, telah diadakan Misa Wilayah setiap minggu dan Ibadat Sabda Sambut Komuni pada akhir setiap bulan. Namun ternyata kerinduan tersedianya rumah ibadah di Tambun dan Cibitung semakin menguat. Melalui serangkaian proses yang melibatkan umat Tambun-Cibitung, KAJ telah menanggapi hal ini dengan membeli tanah untuk keperluan gereja fisik. 

Sekarang, tanah sudah tersedia, tinggal pembangunan gereja fisik tersebut. Untuk keperluan penggalangan dana pembangunan itulah, Blog ini dibuat dengan harapan agar donatur yang terketuk dapat membantu mewujudkan impian umat Tambun-Cibitung ini.